BlackWalet official club mengucapkan mohon maaf lahir dan batin dan selamat menunaikan ibadah puasa. MARHABAN YA RAMADHAN MARHABAN SAHRUSSIYAM

Tuesday, May 31, 2016

T-SHIRT BLACKWALET KEREN

BAHAN HALUS ZIZE  masih lengkap HARGA Rp. 100.000


BAHAN HALUS ZIZE  masih lengkap HARGA Rp. 100.000
BAHAN HALUS ZIZE  masih lengkap HARGA Rp. 100.000

BAHAN HALUS ZIZE masih lengkap HARGA @ Rp. 100.000
Semua harga khusus untuk daerah maros dan pangkep, diluar wilayah dikenakan biaya kirim .
Bagi yang berminat call 085233666605
atau 082190198080 pak wahab kalibone pangkep
T

Sunday, May 29, 2016

Salah satu aturan main dalam permainan hidup (the game of life) adalah diberlakukannya hukum kompetisi / persaingan. Kenyataan menunjukkan semua orang memiliki keinginan umum yang sama : ingin kaya, ingin dihormati atau ingin berprestasi di bidang tertentu. Akan tetapi tidak semuanya dapat mencapai apa yang diinginkannya. Mengapa demikian?
Hal ini karena masing-masing individu memiliki potensi diri yang berbeda dengan lainnya. Manusia adalah ciptaan yang paling sempurna, kesempurnaan tersebut dapat dilihat dari kelengkapan sisi-sisi manusia itu sendiri, yaitu ada kebaikan ada pula keburukan. 

Ada kekuatan tetapi juga ada kelemahan. Manusia sebagai mahluk berpotensi yang selalu bertumbuh menuju aktualisasi dirinya, harus mampu mengenali ke dua sisi tersebut dengan baik. Namun tidak semua manusia berkehendak dan mau bekerja keras untuk mendayagunakan potensinya.
Kekuatan yang berupa potensi-potensi diri yang istimewa menjadi sulit berkembang, karena kelemahan-kelemahan yang tidak bisa dikendalikan atau dikelola dengan baik. Potensi berasal dari kata bahasa Inggris to potent yang berarti keras, kuat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dimaksud potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum dipergunakan secara maksimal.
Potensi merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia, tetapi daya tersebut masih terpendam dalam diri yang bersangkutan. Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi, tetapi tidak setiap manusia berkehendak dan mau bekerja keras untuk mendayagunakan potensi tersebut.
Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya. Potensi diri ada yang positif dan ada yang negatif.
1. Memiliki idealisme
Sebagai generasi muda kita harus memiliki ide yang kita yakini kebenarannya dengan didukung fakta dan berusaha untuk mewujudkannya dalam tujuan hidup kita.
2. Dinamis dan kreatif
Sifat dinamis dan kreatif dalam arti selalu berkembang mengikuti perkembangan jaman tanpa berhenti untuk berkreasi dalam mencapai tujuan tanpa mengabaikan norma-norma yang ada dalam kehidupan sehari-hari, baik norma agama, norma hukum, norma kesusilaan dan norma kesopanan.
3. Keberanian mengambil resiko
Setiap tindakan yang dilakukan bukan tanpa resiko, karena jika ada sebab pasti akan ada akibat. Untuk itu sebelum bertindak harus selalu mempertimbangkan masak-masak resiko yang akan timbul dan berusaha menghadapi serta mengatasinya dengan baik.
4. Optimis dan kegairahan semangat
Manusia yang hidup di era globalisasi sekarang ini tidak boleh pesimis, maka sebagai bagian dari dunia seseorang harus selalu optimis dan memiliki kegairahan semangat supaya tidak putus asa dan lemah sebelum bertanding. Para pahlawan telah berjuang merebut kemerdekaan Indonesia tetapi kita yang harus mempertahankan dan mengisinya melalui karya yang positif. Bangsa yang maju adalah bangsa yang rakyatnya mau bekerja keras, ulet dan tangguh dalam mewujudkan sebuah prestasi. Sebab perlu diingat bahwa Tuhan sendiri tidak akan mengubah kondisi suatu bangsa jika bangsa tersebut tidak mau berubah.
5. Kemandirian dan disiplin murni
Kita adalah bagian dari bangsa yang mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri dan memiliki disiplin yang tinggi. Pendidikan disiplin bukan hanya sekedar patuh terhadap aturan tetapi juga harus terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap hak dan keinginan orang lain, serta mau mengambil bagian dalam memikul tanggung jawab sosial secara manusiawi.
6. Fisik yang kuat dan sehat
Apa artinya jiwa yang meledak-ledak penuh semangat dengan berbagai ide jika tidak ditunjang oleh fisik yang kuat dan sehat? Tentu tidak akan ada artinya. Untuk itu potensi diri yang positif harus memperhatikan masalah yang satu ini karena sangat penting peranannya. Ingatkah kalian dengan pepatah: “di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat (mensana in corpore sano)“? Nah potensi diri yang positif adalah yang menjaga kekuatan dan kesehatan fisik.
7. Sikap ksatria
Ksatria adalah sikap yang sportif yaitu berani mengakui kesalahan dan kekalahan jika mengalaminya, serta bersedia meminta maaf untuk tidak mengulangi lagi perbuatan. Dalam falsafah masyarakat Jawa, seseorang baru pantas bergelar ksatria jika dia dapat “menang tanpa mengalahkan, kemudian mengalahkan tanpa merendahkan dan menyerang tanpa menyakiti .”
8. Terampil dalam menerapkan IPTEK
Melalui pendidikan dan pelatihan para siswa diharapkan dapat melatih keterampilannya dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah. Jika memungkinkan dapat diperdalam di luar sekolah, sehingga menjadi generasi muda yang tidak gagap teknologi, dan mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia.
Setelah itu mereka diharapkan dapat menerapkan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan mengikuti lomba komputer daerah atau nasional. Ini merupakan peran serta yang baik dari masyarakat dalam menunjang potensi diri siswa dalam berprestasi sehingga terampil dalam menerapkan IPTEK.
9. Kompetitif
Di tengah persaingan dunia seperti sekarang ini setiap individu harus mampu menunjukkan kelebihan dirinya, diantaranya dengan berkompetisi dengan bangsa lainnya. Kompetisi berasal dari bahasa Latin to competere yang kalau di Inggriskan menjadi to seek together (mencari bersama), to agree (menyetujui) atau to coincide (menyepakati bersama). Sebenarnya dalam berkompetisi tidak ditemukan adanya ajaran yang menjadikan orang lain sebagai objek atau musuh. Jadi kompetitif adalah orang lain dijadikan sebagai mitra dalam mencapai suatu prestasi.
Masalah yang muncul jangan sampai kata kompetisi menjadi konkurensi (to conquer defeat/overcome enemy) mengalahkan orang lain/musuh. Oleh karena hasil yang dicapai bukan lagi kemenangan (winning) melainkan memukul mundur (beating). 

Selain itu jika kompetisi mensyaratkan adanya kompetensi atau keahlian, maka dalam konkurensi akan ada komparasi, gaya hidup membandingkan secara tidak sehat, dan praktik konkurensi adalah produk muatan pikiran irrasional yang bertentangan dengan logika hidup rasional. Bersaing itu sehat karena ada acuan, akan mendorong terciptanya energi dan akan dapat memacu prestasi diri seseorang, asal jangan menghalalkan segala cara, dan harus selalu ingat dosa dan Tuhan selalu mengawasi perilaku umatnya.
Jika harus bersaing seharusnya dimulai dengan langkah sebagai berikut :

a. Berani memulai

b. Fokus pada keunggulan

c. Transformasi energi konkurensi

Maksudnya seseorang jika hendak bersaing harus mempersiapkan ke tiga hal di atas yaitu berani memulai tidak menunda, kemudian memfokuskan pada keunggulan yang dimiliki serta yang tidak kalah pentingnya adalah mengubah energi persaingan yang bersifat negatif menjadi sesuatu yang positif, supaya terjadi persaingan yang sehat dan mencapai hasil yang optimal.
10. Daya pikir yang kuat
Untuk mencapai keberhasilan, seseorang harus memiliki daya pikir yang kuat dan didukung dengan motivasi yang kuat pula dalam dirinya. Karena hal ini merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas, sebagaimana yang dikemukakan oleh Descartes “Aku berfikir maka aku ada”. Jika orang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk berpikir dengan kuat maka dia akan mampu berprestasi dengan baik.
11. Memiliki bakat
Seseorang yang memiliki bakat yaitu mempunyai potensi yang dimilikinya sungguh beruntung karena akan mudah dalam mewujudkan prestasi dirinya. Untuk itu perlu dukungan dari keluarga dan lingkungan. Bakat yang besar tadi harus didukung dengan motivasi yang kuat dari dalam dirinya. Seorang pemimpin yang hebat selain bisa dipersiapkan melalui pendidikan dan pelatihan akan lebih hebat jika dia memiliki bakat terpendam sebagai potensi dirinya.
Dalam upaya mengembangkan potensi diri ada 4 tahapan yang perlu diperhatikan, antara lain :

a. Mengenali diri sendiri,

b. Memposisikan diri,

c. Mendobrak diri, dan

d. Aktualisasi diri.

PENTINGNYA WAKTU BAGI SEORANG MUKMIN
Jika orang barat mengatakan “time is money” waktu adalah uang, maka pepatah arab mengatakan “’al-waqtu huwa al-hayâh” waktu adalah kehidupan. Ada juga yang mengatakan
الوَقْتُ كَالسَّيْفِ # فَإِنْلَمْ تَقْطَعْ قَطَعَكَ
Waktu ibarat pedang
Jika kau tidak bisa menggunakannya, maka akan memotongmu
Tiga kata mutiara ini menggambarkan akan pentingnya waktu bagi kehidupan seseorang. Jika yang pertama menggambarkan akan pemikiran materialistis, tetapi yang kedua dan ketiga menggambarkan arti yang lebih penting dari sekedar uang.
Yang dimaksud dengan kehidupan adalah, waktu yang dilalui manusia saat ia dilahirkan hingga ia wafat. Dengan definisi kehidupan seperti di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, seseorang yang membiarkan waktunya berlalu sia-sia, dan lenyap begitu saja, sama artinya ia –dengan sengaja atau tidak sengaja- telah melenyapkan sisa-sisa masa kehidupannya. Al-Hasan al-Bashri berkata,
يَا ابْنَ آدَم، إنَّمَا أنْتَ أيَّامٌ !، فَإذَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ
“Wahai Bani Adam (manusia), sesungguhnya anda hanyalah “kumpulan hari-hari”, maka jika hari telah berlalu berarti telah berlalu sebagian dirimu.” [ Hilyatul Awliya’, 2/148, Darul Kutub Al ‘Arobi ].
Sekali bahwa ketika kita menyia-nyiakan dan membuang waktu kita tanpa hal yang berarti untuk agama dan kemaslahatan umat, maka ketika itu juga sesungguh kita telah membunuh diri kita sendiri. Betapa waktu itu sangat berharga dan jangan biarkan ia berlalu begitu saja.
Ulama dan Waktu
Para salafus soleh meninggalkan banyak pelajaran berharga dalam menghargai waktu. Mereka adalah contoh terbaik dalam menggunakan waktu. Imam Ibnu Jarir ath-Thabari (223H-310H) sepanjang hidupnya tercatat telah mengumpulkan 358 ribu halaman dari berbagai karangannya. Jika kita perkirakan masa kanak-kanak beliau sebelum baligh 14 tahun, maka dapat disimpulkan beliau menulis 14 halaman setiap harinya. Begitu perhatiannya beliau dengan waktu, sampai-sampai ketika sejam sebelum kematiannya beliau masih menyempatkan diri menulis suatu do`a yang baru ia dengar dari Ja`far bin Muhammad.
Begitu pula dengan Imam Ibnu al-Qayyim yang tidak rela kehilangan waktunya karena safar (suatu perjalanan), sehingga selama safarnya beliau mengisinya dengan menulis hingga menghasilkan karya Zaadul Ma`aad. Imam Nawawi yang tidur dengan bersandarkan sebuah buku yang ditegakkan pada dagunya, begitu buku itu terjatuh maka beliau terjaga dan kembali menggoreskan tintanya.
Majduddin Abu al-Barakat `Abdussalam, kakek dari Imam Ibnu Taimiyah, tiap kali masuk ke kakus, beliau memerintahkan anaknya (orang tua Imam Ibnu Taimiyah) untuk membacakan suatu kitab dengan suara keras, hingga terdengar olehnya. Tak aneh jika sikap sang kakek ini tertular kepada cucunya. Suatu ketika Imam Ibnu Taimiyah jatuh sakit, dokter menyarankan agar beliau untuk sementara waktu menghentikan dulu kegiatan belajar mengajarnya karena hal itu dikhawatirkan dapat memperparah kondisinya. Berkata Imam Ibnu Taimiyah kepada dokternya, “bukankah jika jiwa yang bahagia dan gembira dapat memperkuat daya tahan tubuh”, sang dokter membenarkannya. “Maka sesungguhnya jiwaku merasa tenang jika berinteraksi dengan ilmu, dan tubuhku terasa kuat dan hanya dengan itu saya dapat beristirahat.”
Itulah beberapa gambaran para salaf dalam menggunakan waktunya. Mereka tidak ingin waktu terbuang sia-sia tanpa suatu amalan yang bermanfaat. Sekarang marilah kita bertanya pada diri kita, sudahkah kita mengikuti jejak mereka dalam menjaga waktu ?. Berapa hadis dan ayat yang telah kita baca dan kita hafal pada hari ini ?. Seberapakah amalan kebaikan yang kita lakukan pada hari ini ?. Ini menjadi instropeksi pada diri kita utuk menyusun program sehingga amalan kita dapat terarah dan dapat dievaluasi.
Intropeksi Diri
Sudah selazimnya bagi seorang muslim untuk melakukan muhâsabah an-nafsi ‘intropeksi diri’, yaitu menghitung-hitung dirinya atas tahun dan hari-hari yang telah ia lalui. Apa yang telah ia perbuat semasa itu, dan keuntungan apa yang peroleh, kerugian apa yang ia derita.
Sebagaimana yang dilakukan oleh seorang bisnisman yang menginginkan kesuksesan dengan modalnya pada setiap tahunnya, ia menghitung-hitung kembali perdagangannya, berapa modal yang telah ia keluarkan, berapa pemasukannya, di mana ia mengalami kerugian dan apa masalahnya, dan di mana keuntungannya, berapa besar keuntungannya dari pada kerugiannya, ketika kerugiannya lebih besar dari pada keuntungannya maka ia menjadi sangat menyesal sekali dan mengalami kesedihan yang luar biasa, dan sebaiknya ketika keuntungannya lebih besar dari pada kerugiannya maka ia merasa senang dan bergembira sekali, untuk selanjutnya ia melakukan kalkulasi bisnisnya kembali, memenag dan membuat schedule untuk tahun berikutnya.
Yang demikian itu pada urusan duniawi, begitu concern nya dan sangat telitinya ia dalam urusan dunia ini, bagaimana dengan urusan akhirat ?. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلُُ وَاْلأَخِرَةُ خَيْرُُ لِّمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُونَ فَتِيلاً { سورة النساء: 77 }
“Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan anda tidak akan dianiaya sedikitpun.”(QS. An-Nisaa:77)
Karena itu muhasabatunnafsi merupakan suatu keharusan. Seandainya tidak sanggup setiap hari untuk instropeksi atau menghitungkan dirinya hendaklah dilakukan pada setiap pekan. Jika setiap pekan ia masih juga tak dapat melakukannya, hendaklah setiap bulan. Dan kalau tidak bisa juga maka hendaklah ia melakukan instropeksi diri pada setiap tahun. Akan tetapi semakin lama kita menunda dalam muhasabah, akan semakin lama pula kita dalam perbaikan diri.
Gunakan waktu malam ketika hendak tidur untuk meneliti kegiatan kita selama satu hari. Bertaubat dan bersitighfarlah jika siang hari melakukan kesalahan. Dan rencanakan hari kemudian dengan kebaikan yang dapat menghapus dosa pada hari yang lalu.
Optimalkan Amal
Waktu hidup manusia di dunia adalah umurnya, dan umur manusia merupakan rahasia Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kualitas umur seseorang sangat menentukan posisinya di alam kehidupan berikutnya. Jika dari waktunya diperuntukkan hanya karena Allah maka kematiannya adalah baik baginya. Namun sebaliknya jika waktu dan umurnya dihabiskan untuk menuruti kesenangan nafsu dan dan ambisi syahwat hewaninya maka kematiannya merupakan petaka besar baginya.
Ibnu Mas`ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِي عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ، نَقَصَ فِيْهِ أجَلِي، وَلَمْ يَزِد فِيْهِ عَمَلِي
“Tidak ada yang lebih aku sesali, kecuali bila matahari telah terbenam maka berkuranglah masa ajalku, namun tidak bertambah sedikitpun amalanku.” (Mawaridu adh-Dham’an : 3/30).
Berkata Khalifah Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah,
إنَّ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ يَعْمَلاَنِ فِيْكَ، فَاعْمَلْ فِيْهِمَا
“Sesungguhnya malam dan siang terus bekerja dalam dirimu, maka bekarjalah di dalam siang dan malammu.”
Imam Ibnul qoyyim juga mengatakan :
اِضَاعَةُ الوَقْتِ اَشَدُّ مِنَ الموْتِ لِاَنَّ اِضَاعَةَ الوَقْتِ تَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ وَالدَّارِ الآخِرَةِ وَالموْتِ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَاَهْلِهَا
“Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Bekerjalah pada siang dan malammu, janganlah mengakhirkan pekerjaan siang untuk dikerjakan di malam harinya, dan janganlah mengakhirkan pekerjaan malam ke siang harinya. Janganlah pekerjaan hari ini di akhirkankan hingga esok harinya dan janganlah pekerjaan esok karena malas diakhirkan hingga lusanya. Jangan katakan, “Nanti akan kuamalkan, sebentar lagi akan kukerjakan.” Karena setiap manusia akan ditanya pada hari kiamat, mengenai umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang ilmunya sudahkah ia amalkan, dan tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa ia belanjakan ?. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ (رواه الترمذي وقَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ )
Tidak akan bergeser kedua kaki manusia pada hari Kimat hingga (ia) ditanya tentang: tentang umurnya, untuk apa ia habiskan ? tentang ilmunya, sudahkan ia amalkan ? tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa ia belanjakan ? tentang jasadnya, untuk apa ia gunakan ?. (HR. At-Tirmidzi)

Hampir dapat dipastikan bahwa semua orang pernah merasa putus asa atau putus harapan (istilah kerennya hopeless). Perasaan putus asa timbul karena tidak tercapainya suatu harapan seakan-akan dunia adalah tempat yang paling suram dan tidak ada yang dapat dilakukan lagi. Mungkin seseorang telah berusaha menggapai harapan itu tanpa kenal lelah siang dan malam, tetapi hasilnya sia-sia sehingga kehilangan harapan. Pada akhirnya keputusasaan yang berlarut-larut dapat menimbulkan perasaan sedih dan bahkan menyebabkan seseorang bunuh diri. Oleh sebab itu, keputusasaan seharusnya dihadapi dengan benar agar tidak membawa dampak negatif. Di bawah ini terdapat sepuluh hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi keputusasaan:

WEB SITE DALAM PENGERJAAN

RAHASIA SUKSES


1.Sukses adalah rancangan Tuhan , jadi jangan pernah menyerah untuk meraih sukses yang Tuhan sediakan. 2. Sukses tidak datang begitu saja, tidak hanya dengan berdoa tetapi disertai dengan bekerja. Juga bukan hanya bekerja saja tetapi harus disempurnakan oleh doa. 3. Sukses selalu diawali dengan langkah belajar, jangan pernah menyerah selama proses belajar itu. 4. Sukses butuh perjuangan,kerja keras, kerajinan & ketekunan. Orang berjiwa sukses tidak suka mengeluh tapi berusaha selalu untuk memperbaiki keadaannya. 5. Sukses butuh campur tangan Tuhan karena masa depan kita ada di tanganNya. 6. Sukses butuh kecekatan kerja, jangan sampai kehilangan kesempatan untuk meraih sukses , don't waste your time ! 7. Sukses tidak hanya menjadi bagian segelintir orang, tapi menjadi hak setiap orang yang mau berjuang untuk mendapatkannya. 8. Sukses diawali dari mimpi,hasrat dan harapan tapi jangan hanya bermimpi untuk menjadi sukses, raih sukses itu sekarang dengan mulai bertindak, walaupun itu hanya sebuah tindakan kecil ! 9. Sukses orang lain dan sukses kita mungkin membutuhkan waktu, cara, dan jalan yang mungkin berbeda, jadi jangan silau dengan kesuksesan orang lain . so be your self.

Saturday, May 28, 2016

Srategi meledakkan bonus


Pentingnya Mengambil 3 Hingga 7 Hak Usaha di Awal

  • Melipatgandakan Penghasilan
Dengan mengambil banyak titik potensi bonus sekaligus, tentu saja akan melipatgandakan penghasilan Anda. Potensi Bonus Pasangan di BlackWalet untuk 1 titik hak usaha adalah 1 juta/ harinya, maka secara otomatis ketika Anda mengambil 3 – 7 hak usaha brarti Anda sudah memiliki potensi penghasian 7 juta perhari.

  • Lebih Mudah Memanage Jaringan dan Mengoptimalkan Bonus
Dengan mengambil 7 hak usaha sekaligus Anda bisa memanage jaringan Anda lebih leluasa, terlebih lagi ketika jaringan Anda berkembang dengan pesat. Sama-sama Anda bekerja mengembangkan jaringan tapi hasil yang Anda terima sangat jauh berbeda.

  • Dapatkan Cashback Minimal Rp. 180.000
Ketika Anda join mengambil 7 HAK USAHA. Anda mendapatkan cashback yang akan ditransfer hari esoknya dari perusahaan, karena Anda mensponsori titik Anda sendiri sekaligus terjadinya pasangan di titik Anda.

Jadi bagaimanapun juga, dengan join banyak HU di awal potensinya jauh lebih besar, Hubungi Sponsor yang mengenalkan B-Walet kepada Anda segera DAFTAR SEKARANG juga dan NIKMATI BONUSNYA Secepat Mungkin.





ADA PERTANYAAN?
Segera Hubungi kami untuk informasi Bisnis B-Walet di :
NO HP : 085233666605 | PIN BBM : 27C84301